Perahu pencari suaka yang diusir kembali ke perairan Indonesia - ABC News Australia |
Christmas Island – Pemerintah Australia mendapat cobaan lagi dengan terkatung-katungnya 152 pencari suaka suku Tamil Sri Lanka, sekitar 250 kilometer dari Chistmas Island di Samudera Hindia.
Salah seorang penumpang perahu yang mengaku bernama Duke, mengatakan kepada ABC News Australia, Sabtu pagi (28/6/2014), orang-orang Tamil ini meninggalkan India sekitar dua pekan lalu.
“Ada sektar 32 wanita dan 37 anak-anak, sisanya lelaki dewasa. Kita berada 253 kilometer dari Christmas Island,” Duke melaporkan posisinya kepada pihak Australia. Ia menambahkan, 152 orang ini berlayar ke Australia demi mencari suaka karena konflik etnis dan sektarian di Sri Lanka belum reda hingga sekarang. Mereka mencoba mengungsi ke India, tapi merasa tak bisa hidup layak di sana.
Kata Duke, perahu yang ditumpanginya diterjang cuaca ganas. Perahu mereka diterpa hujan deras,angin bertiup sangat kencang dan gelombang besar. Mereka perlu bantuan.
Radio ABC program siaran pagi AM mengontak Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) untuk dimintai komentarnya atas laporan perahu pengungsi Sri Lanka itu. AMSA malah merujuk agar menhubungi Pabean Australia.
Fairfax Media menyatakan sudah berbicara dengan dua orang pencari suaka di perahu itu, termasuk seorang wanita Tamil. Perahu itu meninggalkan India pada 13 Juni dan melakukan kontak dengan AMSA pada Kamis malam.
Menteri Imigrasi Scott Morrison tak pasti apakah pemerintah Australia menyadari adanya perahu yang terkatung-katung di samudra.
“Seperti Anda ketahui, kami punya standar praktik Operasi Kedaulatan Perbatasan (OSB) yang selalu melaporkan setiap operasi maritim di laut, khususnya yang terkait penyelamatan nyawa orang,” ucap Morrison.
“Saya belum mendapat laporan tersebut,” kata Morrison lagi. Ia hanya bilang pemerintah Australia selalu siap berurusan dengan setiap ancaman yang muncul di perbatasan Australia.
PM Tony Abbott ketika ditanya mengenai laporan perahu pengungsi itu pada Jumat malam cenderung tak mau memberikan detail. “Intinya kita menangani secara normal sesuai standar yang ditetapkan dalam OSB,” kata Abbott.
Sarah Hanson, wanita juru bicara bidang imigrasi Partai Hijau Australia, mengatakan, pemerintah Australia tak dapat menggiring dan mengusir perahu pengungsi ini keluar perairan Australia dan harus menyelamatkan para pencari suaka itu hingga ke pantai Australia.
“Mereka bilang dari India. Kalau pemerintah menggiring dan mengusir mereka keluar wilayah Australia, maka pemerintah menciptakan sengkarut diplomatik dengan India. Karena itu pemerintah harus bertanya dengan kepada rakyat Australia,” kata Hanson.
Pada Maret lalu, pemerintah Australia menggiring perahu pencari suaka kembali ke perairan Indonesia, dan pihak Indonesia memandang Australia tak menghormati tata perilaku penanganan pengungsi dan pencari suaka.
Ini menimbulkan sengkarut diplomatik Australia-Indonesia yang hingga kini belum pulih benar, meskipun duta besar Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema sudah kembali bertugas di Canberra pada akhir Mei lalu.
Penanganan Australia terhadap pencari suaka ini menambah ketegangan diplomatik terkait penyadapan telepon seluler milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan delapan pejabat tinggi yang merebak sebelum kasus pencari suaka ini.
Awal Juni lalu Abbott bertemu Presiden SBY di Batam, namun kedatangannya hanya disambut oleh Dubes Najib Riphat Kesoema. Ini mengedipkan signal, bahwa Presiden SBY merasa masih ada ganjalan dalam berhubungan dengan Australia.
Kali ini pemerintah PM Tonny Abbott harus ekstra hati-hati menangani pencari suaka, kalau tidak ingin dicaci maki koalisi partai-partai oposisi di parlemen Australia.(Dari berbagai sumber)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Posting Komentar