Jakarta, Tidak semua orang familiar dengan tendinitis. Istilah ini sebenarnya lebih banyak dikenal sebagai tendonitis. Tendonitis adalah salah satu jenis gangguan pada tendon (tendinopathy) berupa peradangan atau iritasi yang menyebabkan rasa sakit dan nyeri di sekitar persendian.
Gangguan ini biasanya diderita oleh olahragawan hingga kaum perempuan yang suka menenteng tas dengan beban berat pada satu sisi saja.
"Gejala tendinitis yang biasanya dialami oleh pasien antara lain nyeri pada area tertentu dan semakin terasa sakit jika bagian tersebut digerakkan, juga terdapat pembengkakan, termasuk panas dan menjadi merah," ujar dr Laura Djuriantina, Sp. KFR Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RS Pondok Indah Pondok Indah.
Ia mengatakan hal ini dalam acara media briefing yang diadakan oleh Rumah Sakit Pondok Indah Pondok Indah dengan tema Atasi Tendinitis dengan Terapi Gelombang Kejut Radial Shock Wave Therapy (RSWT). Acara ini bertempat di Bromo Room Grand Hyatt Hotel, Thamrin, Jakarta yang ditulis pada Rabu, (24/7/2013).
Jika biasanya penderita tendonitis disarankan untuk mengonsumsi obat atau operasi, saat ini penderita tendonitis tak perlu buru-buru melakukannya. Sebab sudah ditemukan salah satu terapi yang dapat mengobatinya tanpa injeksi painkiller ataupun konsumsi obat.
"Terapi shock wave ini adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut bertekanan tinggi yang ditransmisikan melalui jaringan pada daerah yang sakit. RSWT bekerja menghilangkan nyeri pada bagian yang sakit dan juga meningkatkan kesembuhan jaringan lunak yang sakit," terang dr Laura.
dr Laura menjelaskan bahwa dengan melakukan terapi ini maka dapat mengefektikan mekanisme penghambat nyeri yang diciptakan oleh tubuh sendiri untuk menyembuhkan bagian yang sakit. Setelah itu, tubuh akan mengeluarkan endorfin yang dikenal sebagai hormon pemberi rasa rileks dan dapat menghambat timbulnya kembali rasa nyeri serta melancarkan peredaran darah.
Keuntungan penggunaan terapi ini selain cepat karena prosesnya memakan waktu kurang dari 5 menit (hanya sekitar 3 menit) juga efektif. Selain itu tentunya akan mengurangi efek samping dari obat-obat atau injeksi painkiller.
Karena seperti diketahui penggunaan painkiller secara berlebihan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi organ lain di dalam tubuh seperti ginjal. Kemudian, pada sesi tertentu jika pasien sudah merasa cukup nyaman maka terapi tak perlu dilanjutkan.
Pada beberapa kasus Plantar Fasciitis dan Tennis Elbow, pasien hanya menjalankan 2 hingga 3 kali terapi. Jarak tiap terapi sendiri berselang satu hingga 2 minggu.
Namun, terapi ini tidak disarankan untuk ibu hamil atau pasien kanker. "Karena pada ibu hamil akan berhubungan pada vetus di dalam rahim. Alat ini memberikan tekanan ekstrem, sehingga ditakutkan akan ada efek pada daerah dalam perut ibu hamil. Dan untuk pasien kanker ditakutkan akan menstimulus kembali sel kankernya jadi tidak bisa diberikan," tambah dr Laura.
Nah, sebelum menjalani terapi ini, pasien harus melakukan konsultasi dokter terlebih dahulu serta melakukan pemeriksaan radiologi atau MRI. Jika memang membutuhkan terapi ini, untuk setiap sesinya dikenakan biaya sekitar Rp 450.000 hingga Rp 500.000.
Posting Komentar